80% Akses Keuangan negara Asean pada Lembaga Keuangan

kebijakan ekonomi negara, pola kebijakan finansial, perbandiangan kebiajakan keuangan indonesia dengan malaysia Akses keungan, finansial ekonomi, kebijakan moneter. Sampai saat ini, ada sekitar 54% orang Indonesia yang mempunyai akses terhadap lembaga keuangan. Perkembangan layanan sektor keuangan Indonesia kalah jauh dari Malaysia. Mungkin karena luasnya wilayah Indonesia.

Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor Nusron Wahid mengatakan, di negara lain khususnya di ASEAN, sudah hampir 80% masyarakatnya yang bisa menikmati layanan keuangan.

“Harus memperbanyak lembaga keuangan mikro, apakah koperasi atau BMT, atau KSM, yang sudah dikelola secara moderen dan linkage dengan dunia keuangan secara formal,apakah perbankan maupun non perbankan, sampai ke desa-desa,” jelas Nusron kepada detikFinance, Kamis (5/7/2012).

Akses terhadap lembaga keuangan bagi seluruh lapisan warga adalah kunci dalam upaya pengentasan masyarakat miskin. Namun, Hasil Gallup World Poll Survey tentang financial inclusion index yang terbaru menunjukan Indonesia masih sangat jauh tertinggal dari negeri jiran dalam hal aksesabilitas penduduknya terhadap layanan keuangan formal.

Hanya 19,6% dari penduduk berusia di atas 15 tahun yang memiliki rekening di institusi keuangan formal di 2011. Bahkan, dibandingkan negara-negara tetangga di kawasan ASEAN, Indonesia hanya lebih baik dari Kamboja.

Oleh karena itu, Gerakan Pemuda Ansor menilai diperlukan sebuah upaya masif dan sistematis untuk membuka akses keuangan yang seluas-luasnya bagi seluruh lapisan warga masyarakat, khususnya kelompok miskin, sehingga memiliki kemampuan untuk meningkatkan kualitas kehidupannya.

Pemuda Ansor menyelenggarakan The 1st International Islamic Financial Inclusion Summit yang merupakan sebuah inisiatif Gerakan Pemuda Ansor untuk mempercepat terwujudnya inklusi keuangan (financial inclusion).

“Kegiatan ini melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder), mulai dari pelaku industri keuangan mikro, perbankan, lembaga keuangan nonbank, lembaga pemerintah dan regulator, perbankan, akademisi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kepemudaan, hingga mahasiswa,” kata Nusron.

Sasaran The 1st International Islamic Financial Inclusion Summit adalah terbangunnya kerangka regulasi inklusi keuangan, menciptakan sinergi sektor keuangan dan sektor riil, serta menjadi medium bertukar pengetahuan, informasi, konsolidasi dan silaturahmi di antara semua stakeholder.

Dengan mengusung tema Mendorong Pembangunan Berkelanjutan melalui Pembukaan Akses Keuangan bagi Semua Lapisan Masyarakat, The 1st International Islamic Financial Inclusion Summit akan dilaksanakan dengan sejumlah kegiatan berangkai, mulai dari Expo, Studium General, Workshop Keuangan Mikro, International Conference, Anugerah Wirasantri Mandiri, Festival Budaya, hingga ajang edukasi yang menghibur melalui Pagelaran Wayang Kulit.

Pembukaan The 1st International IFIS, yang akan dilakukan secara resmi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Stadion Manahan, Solo, pada 16 Juli 2012, akan dihadiri oleh lebih dari 30.000 orang tamu undangan dari kalangan pejabat pemerintah, pemilik lembaga keuangan mikro syariah, eksekutif perbankan dan lembaga nonbank, pakar, akademisi, pengasuh pondok pesantren, santri, lembaga swadaya masyarakat, organisasi sosial kemasyarakatan, organisasi pemuda dan kemahasiswaan, serta delegasi dari negara-negara ASEAN dan D-8.

Rangkaian kegiatan The 1st International IFIS 2012 akan dipusatkan di dua tempat, yakni Stadion Manahan dan Diamond Convention Center. Kegiatan di komplek Stadion Manahan yang terdiri dari Ekspo, dan Festival akan dimulai pada 14 Juli. Sedangkan International Conference dan Workhop akan diselenggarakan di Diamond Convention Center mulai Selasa, 17 Juli. Sebuah informasi baik bagi perkembangan perekonomian bangsa, perkembangan moneter indonesia, pola kebijakan moneter indonesia.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *