Kajian Metode Penafsiran Tafsir Thabari

kajian sejarah tafsir thabarim download tafsir thabari Kajian Metode Penafsiran Tafsir Thabari, merupakan bagian kajian penting dalam kajian tafsir bagi umat islam, tafsir ini juga merupakan karya yang menonjol bagi para ulama maupun peneliti tafsir sehingga banyak menjadi rujukan dan telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa. Al-dzahabi (20041:148) beranggapan bahwa Ibn Jarir al-Thabari dipandang sebagai tokoh terpenting dalam tradisi keilmuan Islam klasik, yaitu dalam ilmu fiqih, hadis, bahasa, sejarah dan termasuk dalam bidang tafsir Alquran, seperti pada dua buah karya besarnya yaitu tarikh al- Umam wa al-Mulk, yang berbicara tentang sejarah dan al-bayan Fi tafsir Alquran, sehingga berhasil mengangkat popularitas beliau pada saat itu dan sampai saat ini pun karya beliau masih dikenal oleh banyak kalangan. Tafsir ini dikenal dengan tafsir bi al-ma’tsur, walaupun demikian al-Thabari dalam menentukan makna yang paling tepat pada sebuah lafad juga menggunakan ra’yu. Tafsir ini menggunakan metode tahlili, sebab penafsirannya berdasarkan pada susunan ayat dan surat sebagaimana dalam urutan mushaf (al-Dzahabi, 20041:149). Di samping sebagai mufasir, beliau juga pakar sejarah yang mana dalam penafsirannya yang berkenaan dengan historis beliau jelaskan panjang lebar dengan dukungan cerita-cerita israiliyat (al-Dzahabi, 20041:147). Dengan pendekatan sejarah yang beliau gunakan tampak kecenderungannya yang independen. (bagi yang mau download tafsir thabari silahkan klik link di bawah ini)

DOWNLOAD TAFSIR THABARI

Beliau menyatakan bahwa ada dua konsep sejarah menurutnya: pertama, menekankan esensi ketauhidan dari misi kenabian dan yang kedua, pentingnya pengalaman-pengalaman dari umat dan pengalaman
konsisten sepanjang zaman (al-Dzahabi, 20041:149).
Berikut merupakan metode yang digunakan oleh al-Thabari dalam tafsirnya (al-Dzahabi,20041:151):
1. Menempuh jalan tafsir dan atau takwil.
Menurut al-Dzahabi (20041:151), ketika al-Thabari akan menafsirkan suatu ayat, al-Thabari selalu mengawali dengan kalimat ????? ?? ????? ???? ?????. Kemudian, barulah menafsirkan ayat tersebut.
2. Menafsirkan Alquran dengan sunah/hadis (bi al-ma’tsur).
Al-Dzahabi (20041:151) menyatakan bahwa al-Thabari dalam menafsirkan suatu ayat selalu menyebutkan riwayat-riwayat dari para sahabat beserta sanadnya.
3. Melakukan kompromi antar pendapat bila dimungkinkan, sejauh tidak kontradiktif dari berbagai aspek termasuk kesepadanan kualitas sanad (al-Dzahabi, 20041:153).
4. Pemaparan ragam qiraat dalam rangka mengungkap makna ayat.
Al-Dzahabi (20041:153) berpendapat bahwa al-Thabari juga menyebutkan berbagai macam qiraat dan menjelaskan penafsiran dari masing-masing qiraat tersebut serta menjelaskan hujjah dari ulama qiraat tersebut.
5. Menggunakan cerita-cerita israiliyat untuk menjelaskan penafsirannya yang berkenaan dengan historis.
Al-Dzahabi (20041:154) menerangkan bahwa al-Thabari dalam penafsirannya yang berkenaan dengan sejarah menggunakan cerita-cerita israiliyat yang diriwayatkan dari Ka’ab al-Ahbar, Wahab ibn Manbah, Ibn Juraij dan lain-lain.
6. Mengeksplorasi syair dan prosa Arab lama ketika menjelaskan makna kata dan kalimat.
Menurut al-Dzahabi (20041:156) metode ini tidak hanya digunakan oleh al-Thabari saja, tetapi juga dipergunakan oleh mufasir lain seperti Ibn Juraij ketika menafsirkan ayat dengan riwayat yang diperoleh dari Ibn Abbas.
7. Berdasarkan pada analisis bahasa bagi kata yang riwayatnya diperselisihkan.
Al-Dzahabi (20041:156) menuturkan bahwa ketika al-Thabari mendapati kata dalam suatu ayat ada perselisihan antar ulama nahwu, al-Thabari menjelaskan kedudukan kata tersebut menurut tiap-tiap mazhab degan memperhatikan aspek i’rab dengan proses pemikiran analogis untuk ditashih dan ditarjih serta menjelaskan penafsirannya.
8. Menjelaskan perdebatan di bidang fiqih dan teori hukum Islam untuk kepentingan analisis dan istinbath (penggalian dan penetapan) hukum. Menurut pejelasan al-Dzahabi (20041:157), al-Thabari selalu menjelaskan perbedaan pendapat antar mazhab fikih tanpa mentarjih salah satu pendapat dengan pendekatan ilmiah yang kritis.
9. Menjelaskan perdebatan di bidang akidah.
Al-Dzahabi (20041:158) menuturkan bahwa dalam ayat-ayat yang berhubungan dengan masalah akidah al-Thabari menjelaskan perbedaan pendapat antar golongan.
C. Contoh Penafsiran
Ketika menafsirkan Surat al-Maidah ayat 89 yang berbunyi :
????????? ???? ???????? ??????? ???? ??????? ??? ??? ?? ??????? ??????? ????? ???? ?????? ?? ???? ???????? ?????? ???????? ???????????
Yang dicermati al-Thabari adalah kalimat ?? ???? ???????? ?????? yang mana potongan ayat ini ditafsirkan oleh sebagian sahabat nabi dengan pendapat yang berbeda-beda. Ibn Abbas (Al-Thabari, 20018:616) menafsirkan ayat tersebut dengan : ?? ???? ???????? ?????? ?? ????? ????? , yaitu jenis makanan yang di konsumsi sehari-hari oleh keluarga (pembayar denda) secara moderat tidak terlalu mahal dan tidak terlalu murah, tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah. Sementara Sa’id ibn Jubair dan Ikrimah (Al-Thabari, 20018:616) menafsirkan dengan : ?? ?? ???? ???????? ?????? (atau makanan dari jenis yang sederhana yang di konsumsi keluarga). Di samping penafsiran para sahabat yang beliau jadikan rujukan penafsirannya, beliau juga menjadikan hadits yang berkaitan dengan penafsirannya sebagai rujukan juga. Seperti yang di riwayatkan oleh Ibn Sirin dari Ibn Umar, Rasulullah bersabda : ????????????, ??? ???? ????????, ???????????, ???????????, ????????????,???????????? (Al-Thabari, 20018:616). Setelah ditopang oleh sejumlah refrensi yang cukup akurat, kemudian al-Thabari menyatakan, bahwa yang dimaksud dari ayat di atas adalah dalam hal kuantitas, moderat, tidak sedikit dan tidak pula banyak. (Al-Thabari, 20018:616).
D. Penilaian Ulama’ Tentang Al-Thabari
Abu Hamid al-Isfarayini (wafat 1015 Hijriah) (Dosen TH UIN Sunan Kalijaga, 2004:39) menyatakan bahwa semua informasi yang diberikan oleh al-Tabari diperoleh secara berantai dari para periwayat. Mata rantai ini dipelajari oleh Dr. H. Horst, yang menghitung ada 13.026 mata rantai yang berbeda dalam tiga jilid tafsir al-Thabari. Dua puluh satu dari 13.026 ini termasuk di dalamnya 15.700 dari 35.400 macam bentuk informasi, hadis-hadis, yang menjadi jaminan bagi kebenaran atas berbagai mata rantai peristiwa.
Di pihak lain, Dr. F. Sezgin (Dosen TH UIN Sunan Kalijaga, 2004:40) membandingkan kutipan-kutipan al-Thabari dengan sumber-sumber aslinya, pada akhirnya beliau berkesimpulan bahwa tafsir al-Tabari sangat luas dan ensiklopedis. Isinya sangat bervariasi dengan subyek pembahasan yang sangat kaya. Dalam suatu kesempatan Muhammad Abduh (Dosen TH UIN Sunan Kalijaga, 2004:40) mengomentari tafsir   al-Thabari dengan menyatakan bahwa kitab-kitab terpercaya di kalangan penunut ilmu, karena pengarang-pengarangnya telah melepaskan diri dari belenggu taklid dan berusaha untuk menjelaskan ajaran-ajaran Islam tanpa melibatkan  diri dalam perselisihan dan perbedaan paham yang dapat menimbulkan perpecahan. Berdasarkan penelitian Taufik Adnan Amal (Dosen TH UIN Sunan Kalijaga, 2004:39-40) menyatakan bahwa Ibn Jarir al-Thabari adalah mufasir “tradisional” paling terkemuka,  menyusun suatu kitab yang menghimpun lebih dari dua puluh sistem bacaan (qiraat).
Penulis tafsir Ayat-ayat Ahkam Muhammad Ali al-Sabuni (1990:57) berkomentar bahwa kitab tafsir Ibn Jarir termasuk tafsir bi al-ma’tsur yang paling agung, paling benar dan paling banyak mencakup pendapat sahabat dan tabiin serta dianggap sebagai pedoman pertama bagi para mufasir. Hal itu senada dengan apa yang dinyatakan oleh Manna’ al-Qattan (Tanpa Tahun 386), yakni kitab tafsir al-Tabari merupakan tafsir paling besar dan utama serta menjadi rujukan penting bagi para mufasir bi al-ma’tsur. Tak ketinggalan pula dedengkot orientalis, Ignaz Goldziher (Dosen TH UIN Sunan Kalijaga, 2004:40) secara jujur mengakui kapasitas kitab tafsir Al-Thabari dengan mengatakan bahwa karya sejarahnya pernah menjadi  mahakarya, karena kelengkapan informasi dan kompleksitas materi kajiannya, banyak di antara para ilmuwan dan sejarawan yang menggunakan data-data darinya sebagai rujukan. Kajian Metode Penafsiran Tafsir Thabar